Senin, 22 Desember 2014

IBU


Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Saya seorang perempuan yang akan menjadi seorang ibu suatu hari kelak. Ibu adalah tempat perlindungan pertama saat kita dalam kandungan. Ibu orang yang berjuang melawan maut saat melahirkan. Ibu yang mensuplai makan sejak dalam kandungan juga saat diawal kehidupan, apa yang dimakan ibu itu jualah yang menjadi sumber makanan kita sebagai anak. Ibu terbangun tengah malam untuk mengganti popok atau menyusui kita yang kelaparan. Ibu yang memandikan dan mendandani kita sejak bayi. Ibu adalah orang pertama yang harus diutamakan. Ibu telapak kakinya menyimpan surga. Ibu yang menangis tergugu ditengah sunyi saat kita sudah besar, sibuk dengan kehidupan sendiri, lupa memberi kabar, lupa memberi perhatian. Ibu adalah orang pertama yang selalu membela anak saat pihak luar membuat sebuah “ancaman”. Ibu yang melihat sendu saat anaknya belum menemukan pasangan. Ibu yang langsung peka saat kita sedang “ada apa-apa”. Ibu yang selalu cerewet dari pagi hingga malam tentang banyak hal. Ibu yang selalu mengajarkan bagaimana menjadi penghuni “rumah”. Ibu yang selalu mengkhawatirkan anak yang jauh dari jangkauannya, khawatir tentang makanannya, khawatir tentang pertemanannya, khawatir tentang pekerjaannya, khawatir tentang cinta anaknya, khawatir tentang kebahagiaan anaknya.

Ibu yang membantu bapak mendidik kita. Ibu yang membantu bapak mengajarkan sopan santun. Ibu yang membantu bapak mengajajarkan bagaimana kita menjaga kehormatan. Ibu yang membantu bapak mendoakan kita, anak-anaknya.

Ibu... aku tahu hubungan kita tak sedekat hubunganmu dengan adikku. Seingatku hanya sedikit kenangan kita saat aku kecil dulu. Engkau yang sibuk dengan warung, engkau yang sibuk dengan sawah, engkau yang sibuk dengan urusan dapur, aku yang sering main bersama nenek, aku yang sangat keras kepala. Namun aku sangat bersyukur saat malam tiba adalah saat dimana aku menjadi seorang anak dan seorang cucu. Kewajiban untuk mendongeng untukku sebelum tidur selalu engkau lakukan bersama nenek. Saat aku tertidur dikasur harus selalu ada engkau dan nenek di kedua sisi tubuhku dengan kedua kaki yang kurentangkan agar kalian tak pergi sebelum aku terlelap.

Beranjak sekolah aku sudah merasa mandiri, SD kuhabiskan di kampung halaman kita yang selalu membuatku rindu untuk pulang. Kesederhanaan dan keterpencilan kampung yang telah mendidikku banyak hal. Memberiku keleluasaan menemani teman-teman bermain layangan dan mandi di kali. Namun aku ingat, suatu sore engkau mengijinkanku yang selalu merengek ingin “tandur” bibit padi yang ada di sawah samping rumah, aku mengambil satu ikat bibit, membuka ikatannya, menanam dalam beberapa titik, melihatnya beberapa saat lalu aku mengumpulkannya kembali dan mengikat erat seperti semula. Engkau yang selalu melarangku ke sawah membuatku kadang iri, katamu aku gak boleh kotor, tugasku cukup belajar dan masak dirumah. Seorang anak SD yang engkau didik menjadi “perempuan dewasa” dan akhirnya aku terbiasa memasak. Saat anak keduamu lahir, aku belajar tentang berbagi, namun kebiasaanku sebagai anak sulung yang keras kepala dan tak mau mengalah belum bisa berubah sampai kini. Aku dan adikku selalu bermain yang berujung tangisan dari sibungsu padahal anak sulungmu ini seharusnya mengalah. Engkau selalu berteriak untuk melerai kami. Namun sampai kini kebiasaan itu tetap terjadi dan engkau hanya diam, mungkin merasa aneh kedua anak perempuanmu ini tak pernah terlihat dewasa.

Ibu... tak sanggup kuungkapkan betapa aku menyayangimu dan bapak. Orangtua yang telah berjuang keras untuk aku juga adikku.
Ibu... maafkan aku yang belum membahagiakanmu.
Ibu... maafkan aku yang belum memberimu menantu dan cucu.
Ibu... maafkan aku yang tak bisa selalu ada dirumahmu.
Ibu... terima kasih untuk segala yang engkau lakukan didunia ini sejak aku diperutmu hingga kini dan nanti.
Ibu... terima kasih untuk doa-doa yang tak pernah henti untuk aku dan kebahagiaanku.
Ibu... terima kasih telah mendidikku menjadi pribadiku saat ini.
Ibu... aku tahu ibu sayang aku, aku tahu ibu kangen aku, aku tahu kita saling mencintai.
Selamat hari ibu. Semoga engkau selalu sehat dan bahagia penuh keberkahan. Amin.

I Love You, Ibu.
_ina_

Senin, 01 Desember 2014

Terima Kasih November

Bulan November yang baru saja berlalu telah memberi banyak pengalaman dan pelajaran, baik dalam pekerjaan juga perasaan. :)

Pekerjaan baru muncul dan berlangsung di bulan November. Saat sebuah instansi membutuhkan penulis seorang tokoh, sebuah mini biografi. Pengerjaan hanya dalam tiga minggu dan seminggu pertama harus mengirim draft pertama. Sebuah manuskrip sebanyak 77 halaman menenggelamkan saya selama beberapa hari, berbagai istilah dan tak adanya kerangka yang jelas membuat saya selalu begadang karena pekerjaan, biasanya sih begadang karena belum mengantuk. Bahkan seringkali saat saya membaca terkantuk berulang kali hingga harus memaksa diri untuk tidur. Kamar kosan saya penuh dengan kertas, dengan berbekal spidol warna oranye saya membuat kodifikasi sebelum akhirnya menuliskannya ulang. Ternyata ilmu baru dan pembahasan yang serius membuat otak lelah, saya sering tertidur tak sengaja, mungkin otaknya sudah tak bisa mengikuti alur manuskrip tersebut.

Alhamdulillah seminggu pertama berlalu dengan mengirimkan draft awal full sesuai materi dari manuskrip. Saya merasakan bagaimana sebuah deadline membuat diri saya terasing, berkutat dengan kertas, spidol dan pensil juga netbook. Hanya playlist yang sering menemani, dengan beragam genre musik, menghibur saya yang butuh konsentrasi penuh. Sementara pekerjaan lain sabar menunggu untuk diselesaikan.

Revisi kedua dan ketiga berhasil saya selesaikan, satu pekerjaan selesai juga akhirnya. Setelah itu saya memutuskan untuk menenangkan diri bersiap ke pekerjaan lain, saya membuat jembatannya dengan menjahit tangan sebuah sarung samarinda pemberian menjadi sebuah rok dengan ban pinggang. Santai saya tetap harus produktif, menghasilkan karya. Justru hal inilah yang membuat saya kagum terhadap kinerja diri sendiri. Disela kegiatan selalu mencari celah untuk melakukan sesuatu. 

Pekerjaan baru kedua adalah menjadi penanggungjawab WO sebuah pernikahan teman. Memastikan semua berjalan sesuai rundown, dengan menghandle akad nikah di rumah lalu resepsi di gedung esok harinya sedikit menyita perhatian dalam membuat rundown juga Q Card untuk MC memandu acara. Beruntung saya terbiasa menangani event skala kecil maupun yang dihadiri Wagub Jabar jadi terlatih untuk memiliki kerangka kerja baik di dalam otak mmaupun ketika teknisnya berlangsung. Alhamdulillah semua berjalan lancar, sehingga saya menjadi tenang, semua tugas telah dilaksanakan dengan baik. 

Terima kasih untuk Tuhan saya Alloh SWT yang telah memberikan kesempatan bagi saya merasakan pekerjaan baru yang diberikan diusia yang sudah tidak ABG lagi ini. Mungkin kedewasaan saya sudah bertambah sehingga Alloh SWT mempercayakan tanggungjawab tersebut.

Mengenai perasaan yang terjadi selama sebulan penuh di November ini membuat saya sangat sadar bahwa hati kecil saya memiliki suaranya sendiri, terlepas saya mengikutinya atau berusaha menahan. Saya didekatkan dengan seorang teman, intensitas komunikasi kami terjalin, membuat saya merasa nyaman. Lalu sahabat lama yang akhirnya bertemu atas ajakan teman lain, menilaiku jauh lebih pendiam, dan itu memang saya sadari dan dengan sengaja saya lakukan. Saya sudah lelah untuk (mungkin) berpura-pura "ramai" sementara hati saya sedang mengingat hal lain dan pikiran saya berada di tempat lain. Juga tentang pertemuan dengan kenalan yang selalu ingin "dijodohkan" dengan saya oleh teman-teman kami. Saya kadang selalu tertawa, sesingle-singlenya saya, saya tahu mana pasangan yang bisa menjadi jodoh saya. Setidaknya saya diyakinkan bahwa seseorang itu memang membutuhkan saya sebagai pasangan hidupnya atas kesadaran dirinya sendiri, bukan paksaan orang lain atau karena takut kehilangan saya. 

Saya selalu memandang mata lawan bicara saya atau menilai arti dari tatapannya, saya tahu mana yang tenang berada didekat saya, mana yang menginginkan saya secara fisik, mana yang menyimpan rasa sayangnya untuk saya namun sengaja tak diungkapkan. Dan saya selalu berprinsip bahwa, "Seseorang akan saya perhatikan dan pedulikan ketika dia menyatakan dirinya membutuhkan saya untuk menjadi masa depannya". Diluar itu akan saya berikan perhatian sebagai teman, sahabat atau kenalan saja. Saya tidak ingin memberikan nilai lebih dari sebuah kedekatan dengan lawan jenis.

Terima kasih di bulan November saya merasakan rasa sayang yang mungkin salah atau baru saya sadari terhadap seseorang, saya hanya bisa mendoakannya. Tuhan yang akan memproses doa saya untuknya.       

Terima kasih November.
Terima kasih Semesta.
Terima kasih Tuhan, Alloh SWT

_ina_
 

Selasa, 21 Oktober 2014

Acak

Wah... lama saya tek menyempatkan waktu bercerita disini. Seringnya ngetwit dan posting foto di facebook. Terlalu banyak hal yang belum saya bagi. Tentang Indonesia dengan Presiden dan Wakilnya yang baru, tentang live pernikahan N&R, tentang perjalanan saya ke Malang dan sekitarnya, tentang hebohnya supernova yang baru launching dan tentang saya yang memfavoritekan PARTIKEL dibanding seri lain, tentang segala keinginan dan harapan keluarga yang sering bertentangan dengan hati dan prinsip saya, tentang pria-pria yang berusaha "dijodohkan" dengan saya, tentang pria yang pernah berarti dihati, tentang rasa rindu yang sering menyeruak namun tak pernah seberani dulu untuk berterus-terang, tentang komunitas yang diikuti, tentang pekerjaan yang tak sesimple perkiraan, tentang sahabat-sahabat yang mengandung, tentang komunikasi yang tak intens baik dengan keluarga maupun orang terdekat, tentang segala kepasrahan hidup yang tercipta karena sabar yang memudar, tentang teman lama yang kembali hadir, tentang tatapan dan obrolan yang dekat, tentang doa yang selalu dirapalkan, tentang hidup dan berkehidupan.

Writing is healing. Sudah lama saya tak menulis curahan hati, rasanya masih ada sisa-sisa luka yang belum reda namun tak terlihat. Dulu... saya selalu menulis untuk meluapkan segala emosi, suka, duka, marah. Memang saatnya saya menulis kembali. Menulis di blog ini, menulis novel, menulis kumpulan cerita anak dan menulis cerita hidup dengan seseorang yang akan terus mendampingi dengan segala kurangku dan untuk menggenapkan.

_ina_  

Rabu, 16 April 2014

Kado ulang tahun

Lima hari lalu saya berulang tahun yang kesekian. Saya merasa bersyukur telah diberi ijin untuk berada sejauh ini dan tumbuh menjadi orang yang terus mendewasa. Tak banyak berubah signifikan namun hati saya jauh lebih lapang. Menilai sesuatu lebih mendalam, luas dan tidak berdasar emosi. Saya tipe orang yang meledak-ledak, seiring bertambahnya usia saya lebih kalem.

Dulu jika ada sesuatu yang tidak sesuai saya bisa komplain dan bahkan emosi. Memang tidak frontal tapi lebih berani. Sekarang lebih mengalah dan menghindar. Iya, saya tidak suka perdebatan. Lebih baik saya menjauh daripada menjadi bumerang bagi banyak orang. Mungkin terkesan pengecut namun saya tahu jika saya terus berada disana, bersama, akan memperparah situasi bahkan hubungan yang tidak nyaman. Bahkan ada beberapa teman yang memang saya hindari, saya takut salah bersikap dan bertutur kata. Karena, jika ada hal yang tidak nyaman bukannya dibicarakan malah didiamkan. Saya bukan tipe yang santai dan cuek jika ada masalah tidak diselesaikan. Dan pada akhirnya saya memutuskan untuk lebih pasif dan mengalah, tidak memicu perdebatan dan pertengkaran.

Mungkin kedewasaan saya memang tercipta dengan beragam masalah yang kadang begitu menghimpit perasaan dan akal sehat lalu untuk tetap sadar bahwa Alloh SWT menurunkan itu untuk kebaikan saya. Terbukti saya bisa melewati segala perubahan dan masalah dengan lebih tenang, tentunya dengan beberapa adegan menangis sendirian di kamar kosan. Rasanya semua akan baik-baik saja. 

Pas ulang tahun kemarin saya berkesempatan sharing tentang Produser Film dalam acara komunitas film di UPI. Mungkin tak banyak yang saya berikan namun inti dari proses pembuatan film adalah berawal dari PASSION dan kerjasama. Apapun yang dilakukan dengan hati akan menghasilkan sesuatu yang 'dalem' tanpa mengesampingkan untuk menurunkan ego saat berproses dan kerjasama dengan tim. 

Lalu malam harinya saya bertemu dan makan bareng dengan seorang teman, banyak yang kami bahas, mungkin lebih banyak tentang sebuah kedewasaan. Umur saya yang tak sedikit dan tak muda ini, permasalahan dengan keluarga, pekerjaan, pertemanan, dan hubungan, kami bahas sebagai dua orang yang dewasa (seharusnya). Kami membahasnya dari pemikiran seorang perempuan dan seorang laki-laki. Bagaimana penyikapan terhadap masalah, bagaimana belajar saling berbicara dan mendengarkan. Kami dulunya teman yang kerap kali bertengkar akan hal-hal kecil, saya meski lebih tua kadang memang susah untuk mengalah. Namun kemarin, saya jauh lebih santai dan mendengarkan pendapatnya yang mungkin memang saya butuhkan. Lebih banyak mendengarkan dan sesekali protes jika ada beda persepsi. Tapi saya bersyukur, ulang tahun saya mendapat kado tentang berbagi dan mendengarkan. 

Terima kasih buat kamu yang menyempatkan waktu dan berbicara dengan saya di hari ulang tahun saya. Saya merasa punya teman. Teman memandang segala sesuatu dan menyelesaikan permasalahan.

Semoga saya bisa dan mampu menjadi teman yang membuat nyaman dan membahagiakan bagi pasangan saya kelak, siapapun dia. Orang yang akan berkomitmen dan membuat kesepakatan-kesepakatan bersama dalam rumah tangga.   

_ina_

Rabu, 29 Januari 2014

Membagi Bahagia

Hayo siapa yang suka mengulang-ulang cerita bahagia?
Nah ... begitu juga dengan saya, kebahagiaan itu harus dibagi biar sama-sama bahagia. Gak enak kan kalau kesedihan dan keluh kesah orang mengganggu mood kita. 

Makanya saya janji, akan membagi bahagia di halaman blog ini. Ya maaf aja sih kalau ada emosi berlebih nantinya.
Cerita bahagia itu sksn bisa menginspirasi! Makanya berbahagialah! Berbagilah karena kebahagiaan sejati adalah ketika kita mampu membuat orang lain bahagia.
Sharing happy!!! :) :D  

Menangkap Peristiwa Dalam Gambar dan Kata

Saya, jika dalam satu perjalanan baik berjalan kaki atau naik kendaraan, pasti dan selalu mengedarkan pandangan, matanya jelalatan, baik untuk membaca tulisan, nama toko, nama jalan, nomer plat kendaraan, orang yang berpapasan atau kejadian disekitar. Hal itu tidak saya lakukan jika tertidur (mengantuk) kaena hobi saya yang lain adalah memang tidur di manapun tempatnya. Iya ini rahasia!

Setelah membaca dan ada yang menarik pasti saya komentari atau memberi tahu teman seperjalanan. Dan jika ha itu wajib diketahui banyak orang saya pasti mengabadikannya dalam foto atau cerita narasi-deskripsi. Jiwa jurnalis saya memang kuat meski dulu hanya sempat menjadi kontributor lepas sebuah majalah lokal. Tapi selalu membantu jiwa kritis saya dalam menyikapi peristiwa.

Perlahan saya banyak mengagumi foto dengan beragam rasa. Bagaimana seorang fotografer menghentikan waktu dan menyajikannya dengan menarik. One picture worth a thousand words.    
Jika di jalan suka nyuri-nyuri motret untuk objek yang bagus karena ini berkaitan dengan momen. Kalau menunggu ijin momennya akan hilang dan tidak semua objek harus dimintai ijin untuk diabadikan.

Jadi bersiaplah jika suatu saat foto kalian ada dalam halaman blog ini. Baik dengan atau tanpa ijin, hehe ...
Namun jika tak sempat diabadikan saya biasa membahasnya dalam tulisan, kumpulan kata, yang terkadang sadis didengar, makanya baca dalam hati aja, biar gak sadis! :D

Teman Bercerita


Berapa teman yang kalian miliki untuk berbagi cerita? Saya punya beberapa untuk menceritakan hal yang berbeda, semacam pemilahan mana yang cocok dan nyaman. Karena mau sadar atau tidak, kita akan punya rasa siapa yang cocok untuk jadi tempat curhat. Jika A tentang pekerjaan, B tentang persahabatan, mungkin C tentang hobi, D untuk masalah keluarga. Masing-masing punya kesesuaiannya.

Saya, jika berkenaan dengan emosi yang memuncak, lebih memilih untuk menuliskannya atau menangis jika tentang kesedihan atau mengulum senyum dan binar ceria saat bahagia. Bagi cerita standar, saya pilih manusia untuk menjadi tempat curhat.

Orang yang mengenal saya pasti tahu bahwa saya tipe yang jarang cerita tentang kehidupan pribadi baik tentang asmara atau hal privacy lainnya. Kenapa? Karena saya tidak nyaman untuk membaginya apalagi jika harus menambah beban pikiran bagi yang mendengarkan.

Kalian pernah bosan dengan cerita seseorang? Baik yang selalu diulang atau menceritakan SEMUA hal tentang dirinya. Malesin banget gak sih?
Memang ada yang begitu tapi ya terima saja. Toh kita juga bukan orang yang selalu menyenangkan bagi tiap orang. 

Selama perjalanan hidup saya, baik dalam keluarga, di sekolah, sepermainan, satu kosan, satu pekerjaan selalu ada orang yang bahkan belum lamakenal sudah cerita hal pribadi. Bagi saya, yang terkadang pendiam dan memiliki dua telinga untuk mendengar, saya berusaha untuk menghargai mereka dengan membiarkannya bercerita dan menjaga rahasianya.

Kebayang kan jika kepercayaan mereka dikhianati dengan mengumbar rahasia yang dia ceritakan. Mana penghargaan atas kepercayaan itu? Terkadang memang berat untuk menampung segala cerita mereka diantara kegaduhan kehidupan sendiri. Namun tanpa menambah masalah biarkan mereka mencari solusi dan cerita mereka AMAN bersama kita.

Bukankah itu sikap yang mulia, meski tidak terlibat langsung memberi solusi? Jadilah teman bercerita yang menyenangkan dengan menyediakan dua telinga untuk mendengarkan, dua mata untuk memperhatikan dan dua tangan untuk menguatkan. 
Jadilah jiwa yang bahagia dan membahagiakan! :)