Yuph! Hari ini Minggu, 12 April 2015 aku berulang tahun. Detik-detik menjelang pergantian hari aku terlelap tak kuat menahan kantuk, kemudian terbangun cuci muka, sikat gigi dan isya. Rasa kantuk masih mendominasi, bahkan alarm subuh pun tak terdengar dan aku terbangun hampir jam tujuh pagi, Duh! Subuh terlewat.
Setelah membuat jeniper hangat, ngejus jambu merah aku menyetrika empat celana yang sudah mengering di hari sebelumnya. Lalu tetiba mataku melihat tumpukan kain, jahitan tanganku untuk sebuah rok belum terselesaikan, setelah menimbang dan mengecek aku memastikan akan membawanya ke penjahit saja, sudah menyerah untuk tak melanjutkan jahitanku. Lalu batik milik adik menggoda mata, akhirnya berpikir keras dan menemukan satu model, saat ini sedang dikerjakan perlahan diantara pekerjaan yang lain.
Umurku tepat 34 tahun, ya that's right! Mungkin kamu gak akan percaya, secara berani saya tuliskan angka itu dalam tulisanku kali ini. Kenapa? Agar siapapun yang mengetahuinya sadar bahwa angka hanyalah hitungan maju. Hakekat dari sebuah usia adalah kemanfaataannya. Jujur masih banyak kekurangan yang kulalui sejak kecil sampai ultah kali ini, salah satunya kekuatan mewujudkan mimpi. Rintangan yang dihadapi seringnya menjadi alasan. Ah ... aku harus berubah! Aku harus menyelesaikan apa yang sudah ku mulai.
Tak ada perayaan, tak ada hingar bingar, tak ada makan-makan. Aku sengaja tak mencantumkan tanggal lahir di media sosial, karena menurutku, teman / sahabat yang baik akan selalu mengingat tanggal lahirmu. Ketika seseorang mengingat kelahiranku aku yakin dia peduli padaku :)
Aku malas jika harus membaca ucapan selamat, doa dan kehebohan media sosial saat aku berulang tahun, aku akan sulit membedakan mana orang yang memang peduli dengan ulang tahunku mana orang yang ikut-ikutan menghebohkan fasilitas tersebut. Itulah aku! Kumaha aing we.
Pagi-pagi adikku, Devi, mengirim ucapan dan doa melalui whatsapp, kami selalu berkirim doa di tiap uang tahun meski tak bertemu muka. Itulah satu bentuk kepedulian kakak beradik. Aku senang keluargaku mengingat kapan aku dilahirkan ke bumi ini. Siang hari saat aku sedang makan, ibu menelepon memberi beberapa kabar dari rumah, juga memintaku membawa seseorang yang telah dikenalkan padaku saat lebaran nanti. Duh! Se-desperate itu ibuku, bukannya mengucap selamat pada anak sulungnya yang sudah berusia tua tapi masih sendirian ini. Haha ...
Pria kesekian (lupa tak pernah menghitung) yang baru bertemu denganku awal bulan ini, memang diperkenalkan oleh Uwa, kakaknya ibu. Saat Uwa menelepon tanggal 19 Maret lalu menanyakan apakah aku sudah punya pacar dan kujawab dengan "Belum ada yang melamar" akhirnya menjelaskan tentang pria yang sedang mencari pasangan. Awal bulan aku sengaja ke rumah Uwa HANYA dengan satu alasan untuk bertemu sang pria. Lelaki yang saat bertemu selalu menundukkan wajah dan merokok juga tidak sholat Jumat padahal dia sedang 'menjual' kepribadiannya. Bagaimana aku bisa memilih pria yang tidak menjaga kesehatannya? Bagaimana aku bisa memilih calon bapak bgai anak-anakku seorang yang melalaikan kewajiban mingguannya? Apa kabar kewajiban dia yang 5 waktu sehari? Aku tidak munafik dan naif, aku hanya memilih lelaki mana yang punya nilai keimanan dan mampu membimbing aku dan anak-anak kelak? Apakah itu berlebihan?
Setelah pertemuan itu aku tetap mengirim SMS padanya memberi kabar dan bercerita, aku hanya tidak ingin dinilai terlalu SOK jika harus secepat itu memutuskan silaturahmi. Sebagai sarjana komunikasi aku tahu bagaimana menghargai orang yang baru kukenal dan memutuskan apakah harus terus berlanjut atau selesai disitu saja.
Terus terang, ulang tahunku kali ini aku tidak berharap yang muluk-muluk, doaku hanya untuk keberkahan, kemudahan, kesehatan, kebahagiaan dan kelancaran kehidupanku.
Apakah Tuhan akan menghadiahkan aku seorang pasangan segera, aku tak berharap banyak. Lelaki yang pernah dan masih dekat denganku bukan menjadi prioritas dalam hidupku. Aku yakin jika seorang pria membutuhkan aku sebagai pasangan hidupnya, dia akan membuktikan dan memperjuangkannya. Tentu dengan ijin dari-Nya.
Pria muda yang menjadi kecenganku memang sempat kuingat, ah ... aku masih menyimpan rasa suka padanya meski pun aku selalu berusaha untuk tak mengindahkannya, dia terlalu muda untukku. Kakak perempuannya belum menikah, dia masih umur 25, dan aku tak mungkin melamarnya. Haha ...
Terima kasih Alloh atas usia yang masih engkau berikan, semoga sisa umurku lebih barokah.
Terima kasih keluargaku untuk doa dan perhatian juga kasih sayangnya.
Terima kasih teman-temanku yang memberi ucap dan doa untukku di hari ulang tahun.
Semoga segala kebaikan diberkahi untuk kita semua. Amin. Alhamdulillah.
_Ina_